twitter


Oleh Nini Avieni
Perempuan Pekerja Indonesia
..menyambut 21 April..



Perempuan selalu menarik untuk dibicarakan secara utuh, baik dari sisi fisik maupun mental,dari aktivitas maupun diamnya. Perempuan mempunyai keleluasaan yang besar untuk menentukan pilihan terutama setelah menikah yaitu untuk bekerja di luar mencari nafkah sekaligus mengurus rumah tangga, atau di dalam rumah mengurus keluarga. Semua adalah pilihan yang ditentukan oleh hati dan akal sehat, bukan paksaan atau perintah pasangan hidup. Hal ini berbeda dari pria yang baik sebelum dan setelah menikah hanya mempunyai pilihan tunggal yaitu mencari nafkah.

Mbok Jamu - courtesy Mbok Darmi www.h-setiawan.net/photoblog/ind...ge%3D101

Pilihan ini telah diaplikasikan dengan baik oleh perempuan Indonesia sejak masa kerajaan di Nusantara. Banyak ibu-ibu petani membantu suaminya di sawah, kemudian menjual hasil pertaniannya ke pasar. Bahkan oleh para abdi keraton perempuan (baca:mbok emban) di tanah Jawa yang bertugas meladeni keperluan putra putri kerajaan bahkan meninggalkan suaminya untuk mengabdi kepada kerajaan.


Hanya dari sisi pendidikan, perempuan termarginalkan daripada pria. Pada jaman penjajahan Belanda, hanya pria yang boleh bersekolah sampai tingkat lanjut, sedangkan perempuan cukup sampai dengan tingkat dasar. Sebenarnya tidak hanya masalah jenis kelamin, perbedaan pendidikan ini juga menyangkut strata sosial. Pendidikan lanjutan hanya dapat diikuti oleh anak pegawai pemerintahan Belanda, bangsawan, dan orang yang berpengaruh dan bermanfaat bagi kepentingan penjajah.

Dalam hal ini, kita patut berbangga kepada sosok Kartini yang merupakan tokoh luhur Bangsa Indonesia. Beliau yang mengangkat masalah diskriminasi jender dan strata sosial di bidang pendidikan ini ke tingkat internasional melalui korespondensi dengan para sahabatnya di Negeri Belanda. Ny. Ovink Soer, Ny. Stella, Ny. Van Kol dan Mr. J.H. Abendanon. ini merupakan kawan yang mendukung keterbukaan pikiran melalui pendidikan dan konsep pemikiran yang tidak jamak di jamannya ini kemudian disebarluaskan melalui buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang- Door Duisternis Tot Licht. Pendidikan yang modern di Negeri Belanda mendukung adanya konsep pemikiran tentang kemajuan pendidikan bagi anak bangsa, tanpa memikirkan jenis kelamin dan status sosial.

Buku Habis Gelap Terbitlah Terang

Laju jaman pun membawa perempuan Indonesia memasuki era modern, tetapi dengan tetap menghadapi pilihan dan tantangan yang seakan memang takdir. Pilihan dan tantangan yang berat untuk berkarya, terutama bagi perempuan menikah. Ibaratnya satu kaki terkunci erat di rumah, sementara kaki lain sibuk mencari pijakan di luar rumah. Bekerja mencari nafkah diperkenankan, selama urusan rumah tangga tertangani dengan baik.

Dalam dunia kerja, perempuan menghadapi tantangan yang sama dengan pria. Bekerja dengan waktu yang sama, target pencapaian yang sama, dan aturan main yang sama. Tergantung dari masing-masing individu untuk dapat mencapai hal yang dianggap terbaik bagi perusahaan, dan hanya individu yang terbaik yang dapat memberikan hasil yang terbaik bagi perusahaan.


Kecemburuan Pria: Perlukah Perlakuan Khusus Bagi Perempuan Pekerja?
Saat ini beberapa perusahaan telah memberikan perlakuan khusus kepada pegawai perempuan, seperti cuti hamil dan melahirkan, serta cuti menstruasi, dan hal ini telah diatur oleh undang-undang negara. Bahkan ada perusahaan yang secara khusus menyiapkan program bagi perempuan untuk duduk di posisi manajemen dan kepemimpinan. Pemerintah Indonesia pun menyediakan kursi bagi perempuan di perwakilan rakyat sebesar 5% dari total anggota.

Perlukah perlakuan khusus ini diberlakukan masih mengundang pertanyaan, mengingat untuk suatu posisi yang memerlukan kompetensi khusus hanya keahlian dan keterampilan spesifik yang diperlukan dan tidak dapat memandang dari sisi di luar hal tersebut seperti halnya jender, usia, strata sosial, dll. Saya ingat benar adanya pembicaraan antar karyawan pria di tempat saya bekerja dahulu yaitu suatu perusahaan multinasional yang mempunyai program khusus untuk menempatkan perempuan di jajaran manajemen. Inti dari pembicaraan itu adalah kekhawatiran para karyawan pria bahwa mereka tidak akan pernah menduduki posisi manajerial penting di perusahaan, selama mempunyai kemampuan yang sama dengan karyawan perempuan pesaingnya, tetapi si karyawan perempuan ini telah mempunyai keuntungan lebih yaitu jaminan dari perusahaan untuk penempatan di jajaran manajerial. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat pria sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga akan berusaha memberikan penghasilan terbaik bagi keluarganya dengan mencari posisi yang mempunyai imbalan layak. Dengan adanya peraturan dispensasi tsb., persaingan akan semakin ketat dan sukar untuk ditembus.

Saya pribadi sebagai perempuan, menganggap adanya kesempatan untuk mendapatkan posisi yang baik dalam pekerjaan perlu dimanfaatkan sebaik mungkin, tanpa perlu memandang di luar kompetensi yang diperlukan untuk posisi tersebut. Kemampuan, keterampilan, pengetahuan, adalah hal yang utama untuk meningkatkan ketergantungan pihak lain dan ini adalah kunci utama untuk menjadi pemimpin. Bila ada peraturan yang mempermudah, dapat dimanfaatkan lebih jauh lagi, tetapi bukan merupakan hal yang utama dalam meraih kesempatan. Perlakuan khusus diperlukan hanya untuk keterbatasan yang bersifat fisik seperti halnya menstruasi, hamil, dan melahirkan.

Jadi, Perempuan Indonesia, mari bekerja dan berkarya lebih keras untuk Bangsa dan Negara Indonesia !!

0 komentar: